Hanya
Tangisan
Tangisan berguyur bagaikan hujan
deras yang merendam sekian hektar lahan. Kian pintu kemusnahan semakin membesar
di Negeri Bumi Cenderawasih.
Negeriku diracuni oleh para pembudak,
penghianat, penganiaiya yang datang hanya untuk membunuh.
Keadilan dan ruang demokrasi tak
berguna di Bumi cenderawasih, keadilan hanyalah kata, ruang demokrasih hanya
kata, yang ada hanya pojok kemusnaan bagi rakyat Ras Melanesia Papua.
Akhirat penganiyayaan aka ada
pembebasan. Pembebasan akan memihak pada bangsa papua.
Tangisan ini akan berakhir suatu
saat, dan kebebasan akan milik Bangsa Papua.
By.
Mesak
Lereng
Jagir Surabaya, 13/05/2013
Aku
Bukan Teroris
Diri kami bukan teroris, diri kami bukan
pula separatis. Tapi kami adalah Pembelah Hak kami di Negara Demokrasi ini.
Namun,
Negara Demokrasi Hanyalah sebuah simbol,
Karena Kau Menutupi ruangnya.
Kami bukan pula pembunuh, yang kau
jadikan DPO dank au menyebutnya separitis. Adakah kau sadar. Kau tak memilik
Etika dan moral kemanusian di negeri ini.
Aku
bukan Melayu, Aku adalah Melanesia
Rassku dan tipeku sangat berbeda,
kau tetap melayu, dan aku tetap Melanesia.
Perbedaan sangat jelas dari semua
sisi. Saat rembulan terbenan, saat itu aku menikmati kehangat sejuknya angin
menghembusi bumi Papua hingga larut malam menjemput.
Rembulan menghilang sedikit demi
sedikit, hingga kian larut malam mendekatiku..
Daerahmu aman, nyaman, dan tentram.
Namun, tangisan orang pinggiran terdengar di sana-sini.
Terdengar Tangisan di Negeriku, tak
dapat bertahan mendengar guyuran air mata yang mengalir.
< Pinggiran Jagir >